13 November 2018

Perbedaan

Leave a Comment



Setiap dari kita pasti punya grup whatsapp. Macam-macam, mulai dari grup whatsapp keluarga, kawan dekat, kawan les, dan bahkan organisasi. Biasanya grup whatsapp diramaikan karena banyak hal; tugas-tugas, sepak bola, bencana, musibah, kajian, dan pengumuman-pengumuman lainnya. Namun, mendekati pemilu. Semua manusia seakan ingin show up agar dianggap intelek dan cendekia. Pelajar sekolah dasar pun dengan bangga mendukung pilihan keluarganya, walau ia sendiri belum memiliki KTP.

Awalnya berkawan baik, setelah membahas pemilu, mereka berantem. Membahas pemilu menjadi sarana memutus silaturahim.

Slank bilang “Walaupun kita tak sama, tapi kita gak boleh berantem”.

Perbedaan memancing permusuhan. Muka dan kepriadian kita berbeda satu dengan yang lainnya, akan kah kita bermusuhan?

Beda tim kesayangan, dibunuh. Beda suku, dibunuh. Beda agama, dibunuh. Agama sama, tapi beda aqidah, tetap dibunuh. Dalam persamaan pun ada perbedaan.

Semua orang ingin yang lainnya satu suara, makanya grup whatsapp ramai bahas pemilu. Dukung partai ini, partai lain korupsi. Dukung wakil presiden ini, wakil presiden itu jelek. Terus saja seperti itu, sampai Sukabumi berubah nama jadi Sukakamu.

Manusia memang diciptakan berbeda-beda. Namun manusia diciptakan untuk bersatu. Adam dan Hawa jelas berbeda, tapi mereka bersatu. The Jak dan Viking berbeda, harusnya mereka bersatu. Perbedaan menimbulkan pasangan. Banggalah saya tinggal di Indonesia, semboyannya saja ‘Bhinneka Tunggal Ika’, berbeda-beda tapi tetap satu jua.

Perbedaan itu rahmat, perbedaan itu indah. Perbedaan itu harus diterima, bukan disanggah. Hiduplah dalam perbedaan dengan bertoleransi.

“Bagiku agamaku, bagimu agamamu”.

Read More

07 November 2018

Isu-isu Yang Berubah Menjadi Asu

Leave a Comment


Belakangan banyak sekali isu-isu yang tampak ke permukaan. Isu komunis, isu wahabi, dan isu kehamilan Lucinta Luna menjadi isu top three yang kerap kita lihat di sosial media. "Bisa gak sih netizen gak ikut campur urusan orang lain?!" ketik seseorang di laman komentar selebgram, tanpa ia sadari dirinya telah mengikut campuri urusan orang lain.

Banyak pembela NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) yang termakan oleh isu komunis. Rasa cinta terhadap negara meningkat, rasa benci terhadap komunis juga semakin meningkat. Banyak pembela ustaz ahlussunnah juga termakan isu wahabi. Rasa cinta terhadap ustaz ahlussunnah meningkat, rasa benci terhadap wahabi juga meningkat. Urusan kehamilan Lucinta Luna, hanya orang-orang yang terlalu memaksakan nalar yang mempercayainya.

Ini wajar, karena apa yang mereka cintai seakan diusik oleh keberadaan isu-isu tersebut. "Dasar komunis bangsat", "Dasar wahabi anjing", dan "Dasar Lucinta Tai" komentar netizen.

Membela negara dan agama adalah sebuah kewajiban, membela Lucinta Luna adalah sebuah kegabutan. Tetapi memaki dan berburuk sangka bukanlah solusi. Kelebihan kita, membela mati-matian. Kekurangan kita, doyan memaki.

Netizen pun gamam bukan kepalang, berkoar dianggap salah, diam dianggap tidak benar. Kelabu memang, tidak ada bedanya seperti lelaki menghadapi wanita PMS. Serba salah. Makanya Raisa bikin lagu judulnya serba salah. Itu untuk kalian para lelaki.

Penebar isu tidak akan hilang sampai Dajjal dan Ya'juj Ma'juj musnah. Itu berarti, isu-isu akan selalu hadir berdampingan dengan hidup manusia di muka bumi. Semakin kita marah akan isu, semakin senang si penebar isu. Karena memang itu yang mereka inginkan, kebencian. Kalau ingin hidup tanpa isu, cobalah ke planet Mars.

Read More

06 November 2018

Lari Dari Masalah

Leave a Comment


“Lari dari masalah enak banget yah” ujar seorang remaja setelah melihat Setya Novanto berusaha kabur dari penyidik.

Setiap makhluk hidup sudah pasti memiliki masalah. Mulai dari amoeba, plankton, jaguar, platipus, cekibar, paus biru, dan bahkan manusia pernah menghadapi masalah. Banyak yang lari dari masalah, banyak juga yang menghadapinya. Menghadapi masalah, ada dua kemungkinan; Berhasil dan Gagal.

Baru-baru ini saya tertimpa banyak masalah; masalah percintaan, masalah pertemanan, masalah kuliah, dan berbagai masalah lainnya. Seandainya masalah datang dengan permisi, sudah pasti ia tidak akan saya persilakan masuk. Biarlah ia di luar, biar pergi dengan sendirinya.

Sayangnya tidak, masalah tidak seperti itu. Ia datang tak pernah permisi, tak pandang bulu, tak kenal waktu, tak tik dum wer.

Minggu lalu saya dijauhi kekasih, kemarin kaki saya keseleo, hari ini bisnis kecil-kecilan saya dan teman saya gagal, besok saya hidup galau.

Saya belajar dari pengalaman yang sudah lalu. Selain polisi nakal, masalah juga harus dihadapi. Setiap ada masalah, saya berusaha selalu mengucap syukur alhamdulillah, walau itu berat.

Masalah membuat manusia yang mengalaminya merasa tak hidup, tapi tak juga mati. Hidup merasa tidak berwarna, mimpi seakan buyar, hidup serasa fana, walau memang sudah seharusnya. Hidup segan mati pun tak mau.

Saya selalu berbaik sangka, bahwa masalah datang untuk menguji kita. Saya juga yakin, Allah menurunkan masalah sesuai kesanggupan makhluknya. Jika ada masalah, lebih baik berdoa, sebab bicara belum tentu didengar, menulis belum tentu dibaca, berseni belum tentu dihargai.

Beberapa orang lebih memilih memendam masalah dan tidak mengumbarnya, beberapa lagi memilih melakukan hal-hal gila. Saya mencoba memendamnya dengan melakukan hal-hal gila. Namun ternyata yang saya butuhkan adalah perhatian. Perhatian memang penting, terlebih perhatian dari orang tersayang. Seandainya saya tidak dapat perhatian, mungkin saya sudah terlanjur menjadi gila seperti orang-orang gila pada umumnya.

Ingin lari dari masalah, namun rasanya terlalu cemen. Hadapi setiap masalahmu, bersabar di setiap masalahmu, dan jangan lari dari masalahmu. Lari dari masalah malah memperburuk masalah itu sendiri. Setya Novanto contohnya.
Read More