24 October 2018

Menangislah Jakarta

Leave a Comment


Saat saya mengenyam pendidikan di sekolah dasar (SD), ada dua mata pelajaran yang kala itu sangat saya cintai; Pelajaran Agama dan Pelajaran PLKJ (Pendidikan Lingkungan Kebudayaan Jakarta).  Ternyata sudah sedari dulu saya mencintai apa yang dicintai warga Jakarta kini butuhkan, religuis dan cinta Jakarta.

Pelajaran Agama, membahas tentang keesaan Tuhan, berbuat baik, beramal saleh dan lain sebagainya. Dengan kata lain, Agama mengatur kehidupan manusia. Sementara pelajaran PLKJ, membahas tentang lingkungan, kebudayaan Jakarta dan asal muasal kota Jakarta. Singkatnya, pelajaran ini mengajarkan arti melestarikan dan arti menjaga lingkungan kebudayaan Jakarta.

Sejak dini warga Jakarta dididik untuk berbuat baik dan mencintai lingkungan. Lain lagi urusan mencintai gebetan, itu bisa belajar sendiri. Tapi ketika beranjak dewasa, warga Jakarta lebih mencintai gebetan dari pada mencintai lingkungan.

Tidak mencintai gebetan berdampak menjauh dan dijauhi secara personal, tidak mencintai lingkungan berdampak banjir, polusi udara, kerusakan ekosistem secara jemaah.

Seandainya kota Jakarta bisa bernyanyi, sudah pasti ia akan menyanyikan lagunya The Banery yang berjudul 'Karena Dia' sambil menunjuk manusia.

Kita terkadang kalah oleh permainan yang kita buat sendiri. Ya, permainan masa bodoh. Yang namanya permainan, lebih condong ke arah mudarat. Hasilnya apa? Alhasil demo dengan embel-embel 'Turunkan Pemerintah, Turukan Gubernur, Turunkan Lurah, Turunkan RT, Turunkan harga air bersih" mencuat ke khalayak ramai.

Mereka tidak sadar, yang sebenarnya harus diturunkan bukanlah pemerintah, gubernur, lurah, RT, apalagi harga air bersih. Tapi, ego dan sikap masa bodoh mereka.

Read More