22 September 2018

Pria Tidak Berdaya

1 comment

"Udah med, lu kan lucu. Gue yakin kok, banyak cewek yang nyaman sama elu" hibur seorang 
perempuan melihat gue galau saat tahun 2017 lalu.

***

Membicarakan cinta memang tidak akan ada habis-habisnya. Cinta itu suci, indah, memukau, mudah, dan pokoknya keren lah. Urusan cinta berakhir dengan buruk dan tidak sejalan lagi, itu mutlak kesalahan pecintanya, bukan cintanya. Cinta tidak pernah salah, sama kayak wanita PMS, tidak 
pernah salah.

Dua postingan terakhir gue selalu berkaitan dengan percintaan. 
Jatuh cinta, menulis. 
Patah hati, menulis.

Kayaknya gue harus sering-sering jatuh cinta dan patah hati deh, biar istiqomah menulisnya.
Sejauh dua puluh tahun gue malang melintang di dunia yang bernama Bumi ini, belum pernah sekali pun gue merasakan pacaran. Bisa dibilang ini sebuah prestasi, bisa dibilang ini sebuah kutukan juga.
 Bukan gak tertarik sama lawan jenis. Justru mungkin rasa tertariknya lebih besar dibanding orang-orang yang sering pacaran. Kalau gak percaya, coba deh. Kayak ada manis-manisnya gituh!

Dari SD, gue lebih sering terjebak dalam zona friendzone. Berteman dekat, sering SMSan, chatting bareng, tau sama-sama suka. Tapi ya itu, gue lemah. Gak berani mengungkapkan. Mungkin, kalau ada pemilihan orang terlemah sedunia, kayaknya gue terpilih deh. Skill nembak gue berada di inti bumi.

Kebiasaan gue dari SD ternyata terbawa sampai gue masuk SMP, SMA, Pesantren, dan kuliah. Nampaknya kalimat dari kitab ushul fiqh yang berbunyi: "Al'adatu Muhakkamah", yang berarti, "kebiasaan yang dipertimbangkan menjadi hukum" melekat dengan gue. 
Kebiasaan gue yang selalu terjebak dalam friendzone dan lemah nampaknya sudah menjadi hukum. Dan yang namanya hukum, sangat berat untuk dilanggar.

Memasuki pesantren, gue menguatkan tekad untuk tidak jatuh cinta dengan santriwati, itu prinsip. Nggak tau kenapa, karena menurut gue saat itu terlihat norak aja. Tanpa gue sadar, gue juga adalah seorang santri. Dan besar kemungkinan orang-orang selain santri juga menilai gue norak, yang basically gue seorang santri. It's fair. 

Tahun pertama, kedua, dan ketiga berjalan lancar. Gue masih berpegang teguh dengan prinsip gue. Setan mulai menggoda di tahun keempat, tahun terakhir di Pesantren. Gue jatuh cinta pada pandangan pertama dengan gadis Sukabumi, dari mata turun ke hati. Terus menetap di sana. Kalau ini malaikat. hehe
Tanpa ngobrol, tanpa kenal, tanpa hubungan sebelumnya, gue langsung cinta. Bahkan sampai sekarang. Udah kayak pesulap 

Cinta terindah bagi gue adalah cinta yang timbul saat pandangan pertama, lalu turun ke hati. Akhirnya gue dan gadis Sukabumi berhubungan layaknya yang gue ceritakan di postingan sebelumnya.

Cinta datang dari berbagai penjuru. Kalau ditulis seakan sombong, tapi gue termasuk ke dalam golongan orang-orang yang lebih banyak menolong ketimbang ditolong, apalagi sama cewek. Kalau ada cewek yang minta tolong tapi gak gue tolong, cuma ada dua kemungkinan; 
  1.  Dia transgender
  2.  Dia berak jongkok di WC duduk
Setelah gadis Sukabumi, kisah cinta gue berlanjut ke gadis Tangerang, sandal baru gue. Berawal dari chattingan, saling canda, dan akhirnya timbul rasa. Saking seringnya dan menjadi suatu kebiasaan. Namanya selalu masuk top three deretan pesan WhatsApp. Awalnya hanya menjadi pendengar, lalu mulai peduli, dan  pada akhirnya ingin memiliki. Itu gue. Seiring berjalannya waktu, gue pun jadi cinta sama dia. Gue yakin, dia juga merasakan hal yang sama. Kita bertemu dengan keheningan yang sama, lalu saling mengisi. Hingga akhirnya kita membicarakan hubungan ini. Guenya gak ngasih ikatan status yang jelas, dianya juga gak memaksakan status. Kita sepakat hubungan ini biarlah mengalir saja. Kalau dihitung-hitung, arsip chat antara gue dan dirinya sangat banyak, bisa tuh dijadiin buku. Satu hal yang gue inget, setiap jam 02:00 AM, hape gue selalu back up pesan, saking banyaknya chat antara kita berdua. Karena cinta pula, saat ia membutuhkan sesuatu. Gue berusaha ada untuknya, walau gue ada kepentingan lain. Hubungan tanpa kepastian memang tidak sehat. Tidak baik untuk kedua belah pihak. Setan pun berhasil memainkan perannya. Setan selalu disalahkan. Makanya wajar setan mengganggu manusia. 

Kata-kata 'aku kamu' dan 'sayang, beb' pun muncul, entah siapa yang memulainya. Merasa tidak adil kalau gue bilang dia yang mulai, pencarian terbaik adalah dirinya, pembahasan terbaik adalah tentangnya, dan rindu terbaik adalah dengannya, saat jatuh cinta. intinya kita berdua adalah dua manusia yang saling dimabuk cinta. Bahkan, saat jatuh cinta pun, gue berijtihad mencari-cari kesukaannya, lalu menyesuaikannya dengan kesukaan gue.  

Dulu gue sering baca di twitter, "pacar bukan, tapi sayang-sayangan. Ada", ternyata gue mengalami itu. Kita berdua sepakat untuk tidak membeberkan hubungan ini ke media sosial. Bisa dibilang ini hubungan backstreet. Gue pun memiliki rutinitas fleksibel untuk membangunkan ia dari tidur, yaitu rutinitas misscall. Tanpa sadar, walau gue gak pacaran dengannya. Tapi, dengan memanggilnya dengan panggilan mesra. Yaa itu tidak benar.

Dulu, gue brutal dalam urusan cinta. Bisa dibilang posesif, walau tidak pacaran. Tapi gue cemburuan, hingga gadis pujaan hati risih dan akhirnya menjauh. Itu yang membuat gue trauma, walaupun gue tau gak semua orang sama. Kini, gue lebih ke arah cuek. Semuanya, ya karena gue gak mau kehilangan dia.

Gue gak tau, akhir-akhir ini dia ngebales chat dari gue singkat banget, udah kayak telegraf yang bayar perkarakter. Dia bilang, dirinya butuh ruang sendiri. Beberapa hari setelah tak berkabar, nampaknya ia betah dengan kesendirian. Saat gue confirm, ternyata benar. Ia ingin menetralisir perasaannya. Tanpa kepastian yang jelas, semuanya menjadi kelabu, hati akan menerka hasil terburuk. Lebih baik biasa saja, biar gak ada yang saling menyakiti. Begitu tulisnya.

Gue gak tau dan gak pandai memahami wanita. Memahami wanita memang paling susah, gue yakin Alexander The Great kalau dikodein sama ceweknya juga gak bakalan peka. Susah emang. Yang gue tangkep dari maksud chat dia adalah, dia betah dengan ruang sendirinya tanpa ada sebiji Ahmed pun dihidupnya. Dan dia ingin biasa aja, biasa aja kayak sikap dia ke mamang-mamang ketoprak deket rumah. Iya, sekarang strata hubungan gue ke dia sama kayak hubungan dia ke mamang-mamang ketoprak. Biasa aja. Ia yakin, jodoh tidak akan kemana-mana. Hari ini saya belajar, bahwa yang 
namanya jodoh emang tidak akan ke mana-mana, tapi kita yang akan ke mana-mana. (

Semua kebiasaan yang gue lakukan juga sulit dihilangkan, ibarat lu biasa berak jongkok, tiba-tiba 
dipaksa berak duduk. Sungguh adaptasi yang berat. Kebiasaan memisscall misalnya, setiap jam 11:00  malam, timbul hasrat untuk membangunkan ia yang jauh di sana, perbedaan waktu sekitar 5 jam membuat gue membangunkan ia jika ia minta untuk melakukan aktivitasnya. Kebiasaan ngomong 'aku kamu' juga. Semenjak chat dia sudah tidak menggunakan 'aku kamu' memang sudah ada tanda-tanda perubahan. Tapi ya itu, udah kebiasaan mah susah. Emang lebay sih, ini kali pertama gue mencintai wanita, yang wanitanya tau gue cintai, dan berjalan baik cukup lama. Gue gak kehilangan dia, gue hanya kehilangan kebiasaan bersama dia. Melepasnya ialah tentang bagaimana cara membuat terbiasa.

Intinya dalam postingan ini gue cuma mau memberi informasi kepada pembaca yang budiman, bahwa memang tidak ada wanita yang ingin digantung status hubungannya. Teman ya teman, pacar ya pacar, tukang ojek ya tukang ojek. Ketika teman merangkap menjadi pacar sekaligus tukang ojek, tunggulah tanggal kehancurannya. Hehehe

Cinta juga datang dari berbagai hal; dari pandangan pertama, dari kebiasaan, dari permintaan hati, dari caranya melakukan sesuatu, dari jawa a an aden aden #PakTarno. 

Selucu apapun dirimu, kalau urusan cinta ya memang butuh keseriusan. Lucu hanya menunjang kenyamanan dalam hubungan. Semoga kisah cintamu tidak selucu kelakuanmu. Cinta bukan sekadar ketergesa-gesaan, ia butuh kesiapan. Dia meremukkan hatimu untuk mendekonstruksi menjadi hati yang baru dan lebih kuat.

Kepadamu, terimakasih untuk keberanianmu pernah mengorbankan waktu menunggu
ketidakjelasanku. See u on top. Muah. #Hmmmmmmm1JamNissaSabyan 



inspired by agstt
Read More