"Udah med, lu kan lucu. Gue yakin kok, banyak cewek yang nyaman
sama elu" hibur seorang
perempuan melihat gue galau saat tahun 2017 lalu.
Membicarakan cinta memang tidak
akan ada habis-habisnya. Cinta itu suci, indah, memukau, mudah, dan pokoknya
keren lah. Urusan cinta berakhir dengan buruk dan tidak sejalan lagi, itu
mutlak kesalahan pecintanya, bukan cintanya. Cinta tidak pernah salah, sama
kayak wanita PMS, tidak
pernah salah.
Dua postingan terakhir gue selalu
berkaitan dengan percintaan.
Jatuh cinta, menulis.
Patah hati, menulis.
Kayaknya
gue harus sering-sering jatuh cinta dan patah hati deh, biar istiqomah menulisnya.
Sejauh dua puluh tahun gue malang
melintang di dunia yang bernama Bumi ini, belum pernah sekali pun gue merasakan
pacaran. Bisa dibilang ini sebuah prestasi, bisa dibilang ini sebuah kutukan
juga.
Bukan gak tertarik sama lawan jenis.
Justru mungkin rasa tertariknya lebih besar dibanding orang-orang yang sering
pacaran. Kalau gak percaya, coba deh. Kayak ada manis-manisnya gituh!
Dari SD, gue lebih
sering terjebak dalam zona friendzone. Berteman dekat, sering SMSan, chatting
bareng, tau sama-sama suka. Tapi ya itu, gue lemah. Gak berani mengungkapkan.
Mungkin, kalau ada pemilihan orang terlemah sedunia, kayaknya gue terpilih deh.
Skill nembak gue berada di inti bumi.
Kebiasaan gue dari SD ternyata
terbawa sampai gue masuk SMP, SMA, Pesantren, dan kuliah. Nampaknya kalimat dari
kitab ushul fiqh yang berbunyi: "Al'adatu Muhakkamah",
yang berarti, "kebiasaan yang dipertimbangkan menjadi hukum" melekat dengan gue.
Kebiasaan
gue yang selalu terjebak dalam friendzone dan lemah nampaknya sudah
menjadi hukum. Dan yang namanya hukum, sangat berat untuk dilanggar.
Memasuki pesantren, gue
menguatkan tekad untuk tidak jatuh cinta dengan santriwati, itu prinsip. Nggak tau
kenapa, karena menurut gue saat itu terlihat norak aja. Tanpa gue sadar, gue
juga adalah seorang santri. Dan besar kemungkinan orang-orang selain santri
juga menilai gue norak, yang basically gue seorang santri. It's fair.
Tahun pertama, kedua, dan ketiga berjalan lancar. Gue masih berpegang teguh
dengan prinsip gue. Setan mulai menggoda di tahun keempat, tahun terakhir di Pesantren.
Gue jatuh cinta pada pandangan pertama dengan gadis Sukabumi, dari mata turun ke hati. Terus menetap di sana. Kalau ini
malaikat. hehe
Tanpa ngobrol, tanpa kenal, tanpa hubungan sebelumnya, gue langsung cinta. Bahkan sampai sekarang. Udah kayak
pesulap
Cinta terindah bagi gue adalah
cinta yang timbul saat pandangan pertama, lalu turun ke hati. Akhirnya gue dan gadis Sukabumi berhubungan
layaknya yang gue ceritakan di postingan sebelumnya.
Cinta datang dari berbagai
penjuru. Kalau ditulis seakan sombong, tapi gue termasuk ke dalam golongan
orang-orang yang lebih banyak menolong ketimbang ditolong, apalagi sama cewek. Kalau
ada cewek yang minta tolong tapi gak gue tolong, cuma ada dua kemungkinan;
- Dia transgender
- Dia berak jongkok di WC duduk
Setelah gadis Sukabumi, kisah
cinta gue berlanjut ke gadis Tangerang, sandal baru gue. Berawal dari chattingan,
saling canda, dan akhirnya timbul rasa. Saking seringnya dan menjadi
suatu kebiasaan. Namanya selalu masuk top three deretan pesan WhatsApp.
Awalnya hanya menjadi pendengar, lalu mulai peduli, dan pada akhirnya ingin memiliki. Itu gue. Seiring
berjalannya waktu, gue pun jadi cinta sama dia. Gue yakin, dia juga merasakan
hal yang sama. Kita bertemu dengan keheningan yang sama, lalu saling mengisi. Hingga
akhirnya kita membicarakan hubungan ini. Guenya gak ngasih ikatan status yang
jelas, dianya juga gak memaksakan status. Kita sepakat hubungan ini biarlah
mengalir saja. Kalau dihitung-hitung, arsip chat antara gue dan dirinya
sangat banyak, bisa tuh dijadiin buku. Satu hal yang gue inget, setiap jam 02:00 AM, hape gue selalu back up pesan, saking banyaknya chat antara kita berdua. Karena cinta pula, saat ia membutuhkan
sesuatu. Gue berusaha ada untuknya, walau gue ada kepentingan lain. Hubungan tanpa
kepastian memang tidak sehat. Tidak baik untuk kedua belah pihak. Setan pun
berhasil memainkan perannya. Setan selalu disalahkan. Makanya wajar setan
mengganggu manusia.
Kata-kata 'aku kamu' dan 'sayang, beb' pun muncul, entah
siapa yang memulainya. Merasa tidak adil kalau gue bilang dia yang mulai, pencarian
terbaik adalah dirinya, pembahasan terbaik adalah tentangnya, dan rindu terbaik
adalah dengannya, saat jatuh cinta. intinya kita berdua adalah dua manusia yang
saling dimabuk cinta. Bahkan, saat jatuh cinta pun, gue berijtihad mencari-cari
kesukaannya, lalu menyesuaikannya dengan kesukaan gue.
Dulu gue sering baca di twitter, "pacar
bukan, tapi sayang-sayangan. Ada", ternyata gue mengalami itu. Kita berdua
sepakat untuk tidak membeberkan hubungan ini ke media sosial. Bisa dibilang ini
hubungan backstreet. Gue pun memiliki rutinitas fleksibel untuk
membangunkan ia dari tidur, yaitu rutinitas misscall. Tanpa sadar, walau
gue gak pacaran dengannya. Tapi, dengan memanggilnya dengan panggilan mesra. Yaa
itu tidak benar.
Dulu, gue brutal dalam urusan
cinta. Bisa dibilang posesif, walau tidak pacaran. Tapi gue cemburuan, hingga gadis pujaan hati risih dan akhirnya
menjauh. Itu yang membuat gue trauma, walaupun gue tau gak semua orang sama. Kini,
gue lebih ke arah cuek. Semuanya, ya karena gue gak mau kehilangan dia.
Gue gak tau, akhir-akhir ini dia
ngebales chat dari gue singkat banget, udah kayak telegraf yang bayar
perkarakter. Dia bilang, dirinya butuh ruang sendiri. Beberapa hari setelah tak
berkabar, nampaknya ia betah dengan kesendirian. Saat gue confirm, ternyata
benar. Ia ingin menetralisir perasaannya. Tanpa kepastian yang jelas, semuanya
menjadi kelabu, hati akan menerka hasil terburuk. Lebih baik biasa saja, biar
gak ada yang saling menyakiti. Begitu tulisnya.
Gue gak tau dan gak pandai memahami
wanita. Memahami wanita memang paling susah, gue yakin Alexander The Great
kalau dikodein sama ceweknya juga gak bakalan peka. Susah emang. Yang gue
tangkep dari maksud chat dia adalah, dia betah dengan ruang sendirinya
tanpa ada sebiji Ahmed pun dihidupnya. Dan dia ingin biasa aja, biasa aja kayak
sikap dia ke mamang-mamang ketoprak deket rumah. Iya, sekarang strata hubungan
gue ke dia sama kayak hubungan dia ke mamang-mamang ketoprak. Biasa aja. Ia yakin,
jodoh tidak akan kemana-mana. Hari ini saya belajar, bahwa yang
namanya jodoh
emang tidak akan ke mana-mana, tapi kita yang akan ke mana-mana. (
Semua kebiasaan yang gue lakukan
juga sulit dihilangkan, ibarat lu biasa berak jongkok, tiba-tiba
dipaksa
berak duduk. Sungguh adaptasi yang berat. Kebiasaan memisscall misalnya,
setiap jam 11:00 malam, timbul hasrat
untuk membangunkan ia yang jauh di sana, perbedaan waktu sekitar 5 jam membuat
gue membangunkan ia jika ia minta untuk melakukan aktivitasnya. Kebiasaan ngomong
'aku kamu' juga. Semenjak chat dia sudah tidak menggunakan 'aku
kamu' memang sudah ada tanda-tanda perubahan. Tapi ya itu, udah kebiasaan
mah susah. Emang lebay sih, ini kali pertama gue mencintai wanita, yang
wanitanya tau gue cintai, dan berjalan baik cukup lama. Gue gak kehilangan dia,
gue hanya kehilangan kebiasaan bersama dia. Melepasnya ialah tentang bagaimana
cara membuat terbiasa.
Intinya dalam postingan ini gue cuma
mau memberi informasi kepada pembaca yang budiman, bahwa memang tidak ada
wanita yang ingin digantung status hubungannya. Teman ya teman, pacar ya pacar,
tukang ojek ya tukang ojek. Ketika teman merangkap menjadi pacar sekaligus
tukang ojek, tunggulah tanggal kehancurannya. Hehehe
Cinta juga datang dari berbagai hal; dari pandangan pertama, dari kebiasaan, dari permintaan hati, dari caranya melakukan sesuatu, dari jawa a an aden aden #PakTarno.
Selucu apapun dirimu, kalau
urusan cinta ya memang butuh keseriusan. Lucu hanya menunjang kenyamanan dalam
hubungan. Semoga kisah cintamu tidak selucu kelakuanmu. Cinta bukan sekadar
ketergesa-gesaan, ia butuh kesiapan. Dia meremukkan hatimu untuk
mendekonstruksi menjadi hati yang baru dan lebih kuat.
Kepadamu, terimakasih untuk keberanianmu
pernah mengorbankan waktu menunggu
ketidakjelasanku. See u on top. Muah. #Hmmmmmmm1JamNissaSabyan
inspired by agstt