Assalamu’alaikum
warrohmatullahi wabarakaatuh ya
ahli kubur!
Sudah
terlalu lama sejak urusan percintaan mengacaukan jiwa dan raga ini, kehidupan
gue jadi dipenuhi oleh hal-hal yang sebenarnya tidak penting-penting banget,
kayak stalking twitter, mantengin story, liatin foto-foto orang, muroja’ah
chat-chat lama dan segala hal mengenai kebucinan lainnya yang lu bakal sesali
di hari kiamat kelak. Kenapa gue bilang ‘tidak penting-penting banget’? ya
karena mutlak kegiatan seperti itu tidak akan menunjang masa depan kita. Iya
kita, aku dan kamu.
Karena
beberapa bulan lalu gue terjerembab dalam kegiatan seperti itu, sudah tidak
bisa dipungkiri lagi, gue telah masuk ke dalam kategori lelaki lemah, tapi
bukan yang terlemah tentunya, karena gelar lelaki terlemah masih dipegang oleh
Makise, temannya Genji.
Kalau
mau bahas segala sesuatu yang berhubungan dengan percintaan, seakan gue adalah
pecinta yang handal. Padahal mah kagak! Main game The Sims aja gue nembak
cewek ditolak mulu. Hidup memang tidak akan bisa lepas dari percintaan, tapi
hidup tidak akan selalu tentang percintaan, masih ada perkariran, pereligiusan,
persekolahan, dan per per-an lainnya yang tidak bisa disebut satu per satu
tanpa mengurangi rasa hormat saya sebagai kepala sekolah Tadika Mesra. ~Lah
Kali
ini gue ingin membagikan sedikit maklumat tentang belajar. Belajar
menurut KBBI sendiri artinya adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.
Jadi
sejatinya, apa pun dan dari mana pun ilmu yang lu peroleh, itu didapatkan dari proses
yang dinamakan belajar. Dan belajar pun bukan hanya di sekolah saja, belajar
bisa di mana pun. Bahkan menurut Meyke S.Tedjasaputra, bermain adalah pembelajaran
terbaik yang cocok untuk anak kecil.
Waktu
SD gue punya temen namanya Hadi, setiap hari kerjaannya main PS 1 mulu, tapi
nilai bahasa Inggrisnya tinggi banget. Pas bokap gue nanya ke bokapnya Hadi, “Wah,
Hadi pinter bahasa Inggris yah? Les di mana?”, dengan chill dan thug life-nya, bokapnya bilang, “dari
main PS” ~taradadada (pake kacamata item sambil sebats)
Namun,
kenyataannya di lingkungan kita, ada saja orang-orang konservatif yang
menganggap bahwa belajar itu harus akademik, khususnya segala pelajaran
ke-MIPA-an. Gue juga suka risih sama orang-orang yang menganggap orang ‘pintar’ itu adalah orang yang menguasai bidang ke-MIPA-an. Dan
parahnya, mereka menganggap anak yang gak menguasainya
dicap ‘bodoh’. Padahal, untuk menjadi pintar sangatlah mudah. Cukup menjadi
dukun dan minum tolak angin, anda sudah pintar tanpa menguasai MIPA. Hehe. Tapi intinya, orang yang menguasai
akademik itu pintar, orang yang menguasai non-akademik juga pintar. Mereka
pintar di bidangnya masing-masing.
Kenapa gue berani menganggap ‘segalanya adalah pembelajaran’? Karena ada beberapa momen dalam hidup
gue, yang membuktikan bahwa segala hal yang dilakukan adalah pembelajaran.
Ketika SMP dan SMA, gue suka banget nonton film. Waktu weekend
sering gue isi dengan menonton beberapa film yang ada di komputer rumah.
Kakak gue emang demen banget nge-copy film-film, anime-anime, dll dari
temannya. Nah ada beberapa film yang bikin gue addict banget. Sampai ada
beberapa film yang gue hafal beberapa soundtrack-nya, kayak film; Suckseed,
3 Idiots, You are the apple of my eye, dll.
Saking addict-nya, gue searching lirik
berserta terjemahan lagu-lagu berikut di
mbah gugel, lalu gue print. Mungkin kalau ada orang-orang konservatif melihat
apa yang gue lakukan kala itu, bakalan nyindir dengan kalimat-kalimat sinis,
“ah itu mah kagak ada gunanya”, “ngapain lo ngapalin lagu Thailand
sama lagu India? Aneh bego!”. ~Tapi kalo dipikir-pikir, emang gue aneh sih
ngapalin lagu Thailand. Tapi kalo
kala itu udah ada lagu wik-wik, udah gue apalin pasti wkwk.
Beberapa tahun berlalu, akhirnya gue masuk dunia perkuliahan. Gue
kuliah di Universitas Al Azhar, Mesir. Sebelum memasuki kampus, kami para mahasiswa
diwajibkan mengikuti pelatihan bahasa. Selagi dalam masa pelatihan bahasa,
kelas gue dipenuhi oleh mahasiswa lain dari negara Malaysia, Thailand, India,
Pakistan, Turki, Nigeria, dan negara-negara lain yang tercantum di buku RPUL.
Layaknya
manusia pada umumnya, gue juga melakukan interaksi sosial terhadap
sesama manusia dong.
Mahasiswa-mahasiswa asal Indonesia biasanya memulai interaksi dengan monoton, template-nya sama,
“Asal mana?”
“Siapa namanya?
“Kamu di mana?”
“Dengan siapa?”
“Semalam berbuat apa?” ~Lah napa jadi lirik lagu Kangen Band?
Gue gak
mau mengikuti template monoton begitu. Menjijikkan! Basi! Hehe. Nah, di saat-saat seperti itu lah,
kegemaran yang gue gandrungi dulu, yaitu menonton film-film luar, dan menghapal
lirik-lirik lagu menjadi berguna.
Ada teman
gue yang berasal dari India dan Pakistan, gue membuka percakapan dengan begini,
“Saaari umrr hum mar mar ke ji liye, ik pal toh
abb hamein jine do, jine do”, mendengar kalimat sakti itu, mereka spontan bilang, “kamu bisa
bahasa Urdu?”
“Ohhh,
jelas tidak bisa dong, itu sepenggal lirik di film 3 Idiots dong”
Dari
situ, kami akrab dan mengobrol panjang walau seterusnya pake bahasa pemersatu
kami di kuliah, yaitu bahasa Arab.
Ada lagi teman gue yang berasal dari Thailand,
gue memulai percakapan dengan lirik lagu di film Suckseed.
“Ohak
sam sam, gojeb ma samson, gab wa per per, meymi kre jam, teminikrai son jay”
begitu juga
dengan teman gue dari Malaysia, gara-gara sering nimbrung adek gue nonton
Upin-Ipin ama Boboboi, gue jadi tau beberapa kosakata bahasa Malaysia.
Ada kebahagiaan tersendiri saat diri kita bisa mengetahui
hal yang jarang orang lain ketahui. Sama kayak kasus gue ini, seneng banget gue
bisa mulai conversation pake lirik lagu. Dulu gue gak tau, apakah
film-film, lirik-lirik, budaya-budaya yang gue tonton dapat berguna di kemudian
hari. Semua itu gue lakuin ya karena gue senang aja. Tapi ternyata semua itu
berguna. Dari mana? Ya dari belajar. Belajar bisa dari mana aja; melihat,
mendengar, merasakan, dan yang paling penting berpikir. Kadang bisa dari rasa
senang dan ketertarikan, kadang juga dari rasa sedih dan keterpaksaan.
Ada sebuah kalam hikmah yang sangat masyhur di kalangan anak pesantren berbunyi, “Belajarlah kalian semua, mulai dari buaian sampai liang lahat!”
Semuanya adalah pembelajaran, apa pun yang kalian alami
sekarang, entah itu suka atau pun duka. Jangan lupa untuk meresapinya, karena
itu adalah pembelajaran. Dan insyaallah akan berguna di waktu yang tepat.
Anjay, keren yak tulisan gue kali ini? Semoga bermanfaat!