Saat saya mengenyam pendidikan di sekolah dasar (SD), ada dua mata
pelajaran yang kala itu sangat saya cintai; Pelajaran Agama dan Pelajaran PLKJ
(Pendidikan Lingkungan Kebudayaan Jakarta).
Ternyata sudah sedari dulu saya mencintai apa yang dicintai warga
Jakarta kini butuhkan, religuis dan cinta Jakarta.
Pelajaran Agama, membahas tentang keesaan Tuhan, berbuat baik,
beramal saleh dan lain sebagainya. Dengan kata lain, Agama mengatur kehidupan
manusia. Sementara pelajaran PLKJ, membahas tentang lingkungan, kebudayaan
Jakarta dan asal muasal kota Jakarta. Singkatnya, pelajaran ini mengajarkan
arti melestarikan dan arti menjaga lingkungan kebudayaan Jakarta.
Sejak dini warga Jakarta dididik untuk berbuat baik dan mencintai
lingkungan. Lain lagi urusan mencintai gebetan, itu bisa belajar
sendiri. Tapi ketika beranjak dewasa, warga Jakarta lebih mencintai gebetan
dari pada mencintai lingkungan.
Tidak mencintai gebetan berdampak menjauh dan dijauhi secara
personal, tidak mencintai lingkungan berdampak banjir, polusi udara, kerusakan
ekosistem secara jemaah.
Seandainya kota Jakarta bisa bernyanyi, sudah pasti ia akan
menyanyikan lagunya The Banery yang berjudul 'Karena Dia' sambil menunjuk
manusia.
Kita terkadang kalah oleh permainan yang kita buat sendiri. Ya,
permainan masa bodoh. Yang namanya permainan, lebih condong ke arah mudarat.
Hasilnya apa? Alhasil demo dengan embel-embel 'Turunkan Pemerintah, Turukan
Gubernur, Turunkan Lurah, Turunkan RT, Turunkan harga air bersih" mencuat
ke khalayak ramai.
Mereka tidak sadar, yang sebenarnya harus diturunkan bukanlah
pemerintah, gubernur, lurah, RT, apalagi harga air bersih. Tapi, ego dan sikap
masa bodoh mereka.