Setiap dari kita pasti punya grup whatsapp.
Macam-macam, mulai dari grup whatsapp keluarga, kawan dekat, kawan les,
dan bahkan organisasi. Biasanya grup whatsapp diramaikan karena banyak
hal; tugas-tugas, sepak bola, bencana, musibah, kajian, dan
pengumuman-pengumuman lainnya. Namun, mendekati pemilu. Semua manusia seakan
ingin show up agar dianggap intelek dan cendekia. Pelajar sekolah dasar pun
dengan bangga mendukung pilihan keluarganya, walau ia sendiri belum memiliki
KTP.
Awalnya berkawan baik, setelah membahas
pemilu, mereka berantem. Membahas pemilu menjadi sarana memutus silaturahim.
Slank bilang “Walaupun kita tak sama, tapi
kita gak boleh berantem”.
Perbedaan memancing permusuhan. Muka dan
kepriadian kita berbeda satu dengan yang lainnya, akan kah kita bermusuhan?
Beda tim kesayangan, dibunuh. Beda suku,
dibunuh. Beda agama, dibunuh. Agama sama, tapi beda aqidah, tetap dibunuh. Dalam
persamaan pun ada perbedaan.
Semua orang ingin yang lainnya satu suara,
makanya grup whatsapp ramai bahas pemilu. Dukung partai ini, partai lain
korupsi. Dukung wakil presiden ini, wakil presiden itu jelek. Terus saja
seperti itu, sampai Sukabumi berubah nama jadi Sukakamu.
Manusia memang diciptakan berbeda-beda. Namun
manusia diciptakan untuk bersatu. Adam dan Hawa jelas berbeda, tapi mereka
bersatu. The Jak dan Viking berbeda, harusnya mereka bersatu. Perbedaan
menimbulkan pasangan. Banggalah saya tinggal di Indonesia, semboyannya saja
‘Bhinneka Tunggal Ika’, berbeda-beda tapi tetap satu jua.
Perbedaan itu rahmat, perbedaan itu indah.
Perbedaan itu harus diterima, bukan disanggah. Hiduplah dalam perbedaan dengan
bertoleransi.
“Bagiku agamaku, bagimu agamamu”.